Konsep Sehat
Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang
sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis
kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah pengertian sehat yang
saya mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua tidak
memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan
memberikan hal sedikit tentang konsep sehat ini.
Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat ini. Pengertian
sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Dan beberapa pengertian sehat lainnya yaitu
diantaranya
1. Sehat adalah perwujudan individu yang
diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural. ( Menurut Pender, 1982 )
2. Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0. 23/1992 tentang kesehatan)
3. Sehat adalah fungsi
efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin
tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care
Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions
merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut
Paune, 1983)
Periodesasi Sejarah
Perkembangan Ilmu Kesehatan Mental
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering
mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras
(orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia
berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan
mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa
dewa)
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di
beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai
menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan
Animisme
Sejak zaman dulu
gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap
faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau
dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental,
karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari
kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan
kurban.
2. Kepercayaan
Naturalisme
Suatu aliran yang
berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates
(460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.
Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau
hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter
Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial
yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala
Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat
ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun
atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar
rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi
menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar
biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat
berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783.
Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit
Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang
gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang
penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien
dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air. Rush
melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang
menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara
berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan
dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Pada
tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul.
Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting
Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The
Founder of the MentalHygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya
yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara
yang sangat manusiawi.
Secara hukum,
gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli
1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National
Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Pendekatan Kehatan
Mental
Orientasi klasik
Orientasi klasik
ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut
pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak
mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri,
atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau
“perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan
sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan
secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara
fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.
Orientasi penyesuaian diri
Pandangan yang
digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang
menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental.
Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat
kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan
derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya.
Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan
masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami,
peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.Kesehatan mental merupakan
kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan
kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari
masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian,
stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat
menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk
berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat
realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya
berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil.
Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal
dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi
merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.
Orientasi pengembangan potensi
Menurut pandangan
ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor,
rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara
optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan
disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan
sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Individu yang
sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang
positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan
dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan
sehari-hari.
Daftar pustaka :
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar