Allport
Allport, salah sorang diantara
empat putra seorang dokter, lahir di Indiana pada tahun 1887, tetapi dibesarkan
di Cleveland dimana ia mendapat pendidikan awal di sekolah-sekolah negeri. Ia
menyelesaikan pelajaranundergraduate-nya di Universitas Harvard pada
saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat sarjana(graduate) dalam
psikologi pada universitas yang sama. Setelah mendapat gelar sarjana muda pada
tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat, Allport selama satu tahun mengajar
sosiologi dan bahasa Inggris pada Robert College di Istambul.
Kemudian ia kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph.D-nya dalam bidang
psikologi pada tahun 1922. Selama 2 tahun berikutnya (tahun 1922 - 1924) ia
belajar di Berlin, Hamburg, dan Cambridge (Inggris).
Pengalaman yang luas di luar negeri ini berperanan dalam
mengembangkan perhatiannya yang besar terhadap soal-soal internasional dan hal
ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir. Hal
tersebut jugalah yang menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi
salah seorang juru tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. Sekembalinya dari
Eropa, ia menerima jabatan sebagai instruktur padaDepartment of Social
Ethick di Universits Harvard. Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas
antara mengajarnya yang pertama di Amerika dengan perhatian Allport yang tetap
terhadap masalah-macalah yang mengandung implikasi social etis. Sesudah dua
tahun, ia menerima jabatan lector psikologi di Darmouth College, tetapi
diundang supaya kembali ke Harvard pada tahun 1930, dimana ia tinggal sampai
kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967, sebulan menjelang ulang tahunnya yag
ke-70. Setahun sebelum kematiannya. Ia diangkat menjadi Professor
Richard Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama. Allport adalah
salah seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan internasional yang
mendorong pembentukan Department of Social Relations di Universitas
Harvard, dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara
psikologi, sosiaologi, dan antropologi.
Ciri-Ciri
Kepribadian yang Matang Menurut Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa
yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan
membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas
Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1.
Ekstensi sense of self
·
Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
·
Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
·
Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2.
Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan
kasih dengan keluarga dan teman) dancompassion (pengungkapan
hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3.
Penerimaan diri
Kemampuan
untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal
: mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan
proporsional.
4.
Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan
memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam
penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih,
mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku
lain yang merusak.
5. Objektifikasi
diri: insight dan humor
Kemampuan
diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak
sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada
saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6.
Filsafat Hidup
Ada
latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan
dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk
memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak
semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang
melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Carl Rogers.
Salah
satu tokoh penting dalam teori humanistik adalah Carl Rogers. Beliau
adalah seorang ahli terapi yang dididik secara psikodinamika dan peneliti
psikologi yang dididik secara teori perilaku, dia tidak sepenuhnya merasa
nyaman dengan dua aliran Freud dan Winnicot, teori-teori Rogers diperoleh
secara klinis yaitu berdasarkan pada apa yang dikatakan pasien dalam terapi.Teori
Rogers sangat bersifat klinis, karena didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun
tentang bagaimana seharusnya seorang terapis menghadapi seorang kliennya. Dalam
dunia psikologi teori ini disebut dengan teori teori yang berpusat pada klien
dalam istilah carl rogers disebut sebagai “client centered theraphy” atau “person-centered
psychotherapy”.
Maksud dari berpusat pada
klien adalah karena teori ini terapis harus mampu masuk pada hubungan yang s
angat pribadi dan subjektif dengan klien, yang hubungannya tersebut bukan
seperti ilmuan dengan objek penelitian namun lebih pada antara pribadi dengan
pribadi. Terapis memandang bahwa klien; memiliki pribadi, memiliki harga diri
tanpa sarat, memiliki nilai nilai tak peduli bagaimana keadaannya,
tingkah lakunya atau perasaannya.
1. Struktur
Kepribadian (Self)
Rogers lebih mementingkan
dinamika dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara
bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek
struktural kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai
hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam
teorinya yitu Self, organisme dan medan fenomena.
Konsep
pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan selfmerupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Self
atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun
dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku
sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan
berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu.
Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep self juga menggambarkan
pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya dalam kehidupan dan
dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Carl
Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai
sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya
sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah
keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri
individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin
dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama
adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang.
Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi
self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang
kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
self I dan self me sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang
lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan
ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan
yang dirasakan Jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau
maladjustment atau neurosis.Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
1. Makhluk
hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya,
tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam
kesadar setiap saat
2. Realitas
subyektif; organisme menanggapi dunia seperti yang siamati atau dialaminya.
Jadi realita bukan masalah benar atau salah melainkan masalah persepsi yang
sifatnya subjekstif.
3. Holisme;
organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perybahan pada satu bagian akan
mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau
bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri
3. Medan
fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal,
disadari maupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana
persepsi subyektifnya.
2.
Dinamika kepribadian
Menurut roger organisme
memiliki satu motivasi utama yaitu kecenderungan untuk aktualisasi diri dan
tujuan utama hidup manusia adalah untuk menjadi manusia yang bisa
mengaktualisasikan diri, dapat diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam
setiap makhluk hidup yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi-potensinya
sebaik mungkin. Pada dasarnya manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu
kebutuhan untuk penghargaan positif baik dari orang lain maupun dari diri
sendiri.
Rogers
percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri. Kecendeurngan ini adalah keinginan untuk memenuhi
potensi yang dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness” yang
setinggi-tingginya. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara
yang berbeda sesuai dengan kepribadian kita. Proses penilaian (valuing
process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku yang membantu kita
mencapai potensi yang kita miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada
dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep
diri yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
Menurut Rogers, organisme
mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi. Rogers
menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah
tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan.
Untuk bergerak ke arah
mendapatkan tujuannya manusia harus mampu untuk membedakan antara perilaku yang
progresif yaitu perilaku yang mengarahkan pada aktualisasi diri dan perilaku
yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada tercapainya aktualisasi
diri. Manusia harus memilih dan mampu membedakan mana yang regresif dan mana
yang progresif. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk progresif dan
menuju aktualisasi diri.
3.
Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak memfokuskan
diri untuk mempelajari “tahap” pertumbuhan dan perkembangan kepribadian,
namun dia lebih tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain yaitu dengan
bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman dan apa
yang orang persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.
Contoh sederhana dapat
dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia
seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona
dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin
menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang
tua gadis tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih
pekerjaan yang diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep
dirinya. Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak
mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak
menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan
itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya
akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya
sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar
dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut
menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga –
menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai
yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya
sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas
siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian
keras, tidak nyaman,
Jika
penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari
ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari
orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang
menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan konsep diri yang
tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan kecemasan. Rogers
mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang
sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian antara
pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap
konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya
ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan
tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan
ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
Bila seseorang, antara
“self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu
disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak
cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa
terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri
orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan
Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1. Seseorang
mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di
lingkungannya secara objektif
2. Terbuka
terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
3. Mampu
menggunakan semua pengalaman
4. Mampu
mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person). Orang
yang telah mencapai fully functioning person ini memiliki karakteristik sebagai
berikut :
« Memiliki kesadaran
akan semua pengalaman. Bersikap terbuka terhadap perasaan positif(keteguhan dan
kelembutan hati) maupun negative (rasa takut dan sakit).
« Mengalami kehidupan
secara penuh dan pantas setiap saat.
« Memiliki rasa
percaya diri atau memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan pengalaman yang pernah di alaminya.
« Memiliki perasaan
bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun
« Berpikir kreatif
dan mampu menjalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan
yang terjadi di lingkungannya.
Abraham Maslow
Abraham Maslow
dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1908 dan wafat pada 1970 dalam usia 62
tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga yahudi dan merupakan anak tertua dari
tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena
hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja
Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama
ibunya.
Keluarga Maslow amat
berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan
kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya
mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dan memperoleh
gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan PhD pada 1934.
Maslow percaya bahwa
manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of
Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/
dasar
2. Kebutuhan akan rasa
aman dan tentram
3. Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk
dihargai
5. Kebutuhan untuk
aktualisasi diri
Pengertian
aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009), menyatakan
aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu
atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (Arianto, 2009).
Aktualisasi
diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua
bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan
meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah
besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan
aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan
fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan
selanjutnya berpusat pada kepribadian.
Menurut
konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun
dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling
rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan
tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan
individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat
penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi
diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai
disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase itu, hanya
saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian
dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat
melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi
diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya
(Arianto, 2009).
Ahli
jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan
istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian
tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku
asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan
atau pencapaian dalam kehidupannya.
Kebutuhan tersebut meliputi:
- Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi
kebutuhan akan pangan, pakaia, dan tempat tinggal maupun kebutuhan
biologis
- Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi
kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun
tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam
- Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang
(social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok,
interaksi dan kasih sayang
- Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan
akan harga diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak
lain
- Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization),
meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment)
melalui memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses
menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu
sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh
Erich
Fromm
Erich Fromm lahir di
Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan
sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Setelah memperoleh
gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut psikoanalisisBerlin yang
terkenal waktu itu. Tahun 1933 ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di
Institut psikoanalisisChicago dan melakukan praktik privat di New
York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan institut di
negara ini dan di Meksiko. Terakhir, Fromm tinggal di Swiss dan meninggal di
Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
Fromm sangat dipengaruhi
oleh tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The
economic philosophical manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Tema
dasar ulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia
dipisahkan dri alam dan orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan
dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita
akan mengulas lebih dalam mengenai teori-teori Fromm.
Kepribadian
Produktif menurut Fromm:
1) Cinta
yang produktif,
Karena
cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung
jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan
(dalam pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan
kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini
berarti memikul tanggung jawab untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau
mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka juga orang-orang yang dicintai
dipandang dengan respek dan menerima individualitas mereka, mereka dicintai
menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk menghormati mereka, kita harus memiliki
pengetahuan penuh terhadap mereka, kita harus memahami mereka siapa dan apa
secara objektif.
2) Pikiran yang produktif,
Pikiran
yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir
produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir
yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa
semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana
pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara
objektif seluruh masalah.
3) Kebahagiaan,
Orang-orang
yang produktif ialah orang-orang yang berbahagia. Fromm menulis bahwa suatu
perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni
kehidupan”. Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling hebat. Fromm
membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
4) Suara hati.
Suara
hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin
tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara, atau suara
kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu
terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati
humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu perantara dari luar.
Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan individual.
Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya
dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan
rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan
produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA